Jakarta – Pemerintah Indonesia menegaskan kembali komitmennya dalam memperkuat ketahanan pangan nasional melalui strategi diversifikasi pangan dan pemanfaatan inovasi teknologi. Langkah ini dinilai penting untuk menghadapi tantangan perubahan iklim, pertumbuhan populasi, serta fluktuasi harga komoditas global.

Menteri Pertanian, dalam konferensi pers di Jakarta, menyatakan bahwa pemerintah telah menyiapkan sejumlah program unggulan, mulai dari peningkatan produksi beras, jagung, dan kedelai, hingga pengembangan pangan lokal seperti sorgum, sagu, dan umbi-umbian. “Kita tidak bisa hanya bergantung pada satu jenis komoditas. Diversifikasi pangan adalah kunci untuk mencapai kemandirian,” ujarnya.

Selain itu, pemanfaatan teknologi pertanian modern seperti sistem irigasi pintar, pemantauan cuaca berbasis satelit, dan integrasi data digital pertanian juga diperkenalkan. Program ini melibatkan kolaborasi dengan perguruan tinggi, startup teknologi, hingga petani milenial.

Ekonom pangan menilai langkah ini dapat memperkuat daya tahan Indonesia menghadapi krisis pangan global. “Selama distribusi berjalan lancar dan harga tetap stabil, maka masyarakat akan merasakan dampak positif secara langsung,” kata seorang pengamat dari Lembaga Ketahanan Pangan Nasional.

Pemerintah menargetkan dalam lima tahun ke depan, ketergantungan impor bahan pangan pokok dapat ditekan hingga 30 persen.